Budaya-Tionghoa.Net | Ketika Liem Kok Bie sejak tahun 1964 menjadi ketua Pengurus Dewan Daerah Permusyawaratan Pemuda Indonesia (PPI) Jawa Tengah, Warto sebagai Sekretarisnya dan Lie Khing Hian sebagai bendaharanya telah mencapai kemajuan pesat. Liem menggantikan kedudukan The Boen Han. Cabang-cabang yang dibentuk antara lain : Majenang, Sidareja, Cilacap, Gombong, Karanganyar, Banyumas, Purwokerto, Slawi, Parakan, Temanggung, Muntilan, Wonogiri, Sragen, Solo, Ambarawa, Limpung, Pati, Kudus, Klaten, Purwodadi.
Category: Esai & Opini
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[4] – Proses Peralihan Tertunda
Budaya-Tionghoa.Net| Setelah perjanjian KMB (Konperensi Meja Bundar), terjadilah penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat, dengan Bung Karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Dan dalam peristiwa ini patut diperhatikan kenyataan dicoret-nya pasal 33 UUD 1945. Pihak Belanda berpendapat ketentuan pasal 33 itu tidak memungkinkan penanaman modal asing di Indonesia, jadi harus dicoret.
Opini : The Return of the Old New Order Measures?
Budaya-Tionghoa.Net| While all five presidential candidates vehemently flaunt their commitment to upholding human rights and democratization, some members of the House of Representatives and security authorities seem to be throwing spikes down onto the path of civil society toward democratic consolidation, preparing for an ambush.
Confucianism Dan Pendidikan Intelektualitas Individu
Budaya-Tionghoa.Net| Confucianisme dalam bahasa mandarin Ru Xue berarti teori dari intelektualisme. Dijaman tekhnologi informatika dan telekomunikasi ini dapat dikatakan bahwa Confucianisme adalah mendidik, membentuk manusia menjadi orang dewasa yang mandiri, berkebudayaan dan bermoral. Saya dapat mengatakan bahwa Confucianisme tidak saja membentuk manusia yang pintar, cerdas secara IQ namun berbarengan juga dengan kecerdasan emosional (EQ).
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[1] – Pendahuluan
Budaya-Tionghoa.Net| Di bawah ini adalah naskah ceramah almarhum Siauw Giok Tjhan di Seminar P.P.I. di Negeri Belanda pada bulan September 1981. Siauw Giok Tjhan, yang pernah ditahan selama 13 tahun oleh rejim Soeharto tanpa proses pengadilan, adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan nasional Indonesia sejak awal tahun 1930-an. Dedikasinya kepada perjuangan rakyat, kepada kesatuan dan persatuan nasional bangsa Indonesia, diwarnai oleh integritas moral dan politik. Siauw pernah jadi menteri R.I. yang bertugas mengumpulkan ‘funds and forces’ pada tahun-tahun pertama Republik proklamasi, pernah jadi anggota DPRGR, MPRS dan DPA. Almarhum adalah pemimpin Baperki, pendiri Universitas Res Republica. Ceramah ini diberikan beberapa bulan sebelum Siauw meninggal dunia di Negeri Belanda.