Budaya-Tionghoa.Net | Lama sekali saya menimang-nimang apakah tanggapan ini [Appendix 1 ] dijawab atau tidak? Saya kuatir jangan-jangan kalau dijawab bisa berkembang menjadi debat kusir yang ga’ karuan. Karena saya merasakan bahwa anda belum menangkap apa yang ingin saya sampaikan, tanggapan anda itu hanya semacam pembelaan terhadap Matakin yang sifatnya reaktif defensif. Saya setuju sekali dengan anda bahwa Matakin telah berbuat sesuatu dalam melawan politik represif diskriminatif pemerintah Orba terhadap golongan Tionghoa di Indonesia. Dan hasilnya memang positif!
Category: KHC
Shang Di & “Di”
Budaya-Tionghoa.Net | Di atau Kaisar atau Shang Di atau Tuhan yang begitu sering dikutip itu sebenarnya bukan menunjukkan TUHAN. Penggunaan kata DI itu sudah dimulai sejak masa kaisar-kaisar purba (kitab Se Ji dan Se Ji Suo Ying). Pada masa dinasti Zhou , kata DI itu diganti menjadi kata WANG.
Kontroversi Tentang Pengakuan Agama Kong Hu Cu
Budaya-Tionghoa.Net | Polemik tentang diakuinya Konghucu sebagai agama, telah berkembang menjadi perdebatan yang kontroversial, antara yang pro dan kontra. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang objektif tentang masalah ini, sehingga dapat menghindarkan pertentangan yang tidak perlu.
Seri Tulisan Confucius [18] – Manusia Yang Budiman [C’un Zi]
Budaya-Tionghoa.Net | Pengertian manusia yang ideal menurut paham ajaran Confucius adalah; apabila orang tersebut telah pantas disebut C’un Zi (manusia yang Budiman). Manusia yang Budiman menurut pengertian ini adalah seseorang yang telah dapat melaksanakan Lima Sifat Mulia [Wu Chang], dan Delapan Sifat Mulia Kebajikan [Pa Te’] serta menunaikan tanggung jawab terhadap kehidupan pribadinya dan kehidupan bermasyarakat.
Seri Tulisan Confucius [22] – Neo Confucianisme & Confucianisme Kontemporer
Budaya-Tionghoa.Net | Kegiatan para intelektual selama dinasti Sung (906-1279 M) menciptakan suatu sistim baru paham Confucianis yang dipengaruhi oleh unsur ajaran Buddhis dan Taois. Sistim baru paham Confucianis ini kemudian dikenal dengan nama Neo-Confucianisme. Para cendekiawan yang merumuskan sistem intelektual ini menguasai kedua versi filsafat yang ada. Walaupun pada umumnya yang diajarkan adalah etika, tetapi mereka juga mendalami hal-hal yang bersifat transendental seperti teori alam semesta, dan asal muasal manusia.