Budaya-Tionghoa.Net | Kubrawiyya , Kuburunye , Kubulinye adalah salah satu cabang Sufisme yang berasal dari Persia dan didirikan oleh Najmuddin-e Kubra di abad ke 13 dan masuk ke Tiongkok di masa Dinasti Ming [1368-1644] yang dibawa masuk dari Bukhara. Tradisi mengatakan bahwa yang membawa masuk Sufisme Kubrawiyya di Tiongkok adalah keturunan Nabi Muhammad yang disebut Muhuyindeni. Dikatakan bahwa dia mengunjungi Tiongkok tiga kali.
Category: Filsafat & Religi
Seri Tulisan Confucius [7] – Hukum Kejadian Sebab Akibat
Budaya-Tionghoa.Net | Hukum kejadian sebab akibat dalam pengertian Confucianisme ditekankan dari sisi etika moral yang menggemilangkan kebajikan. Seseorang sebelum mampu mengatur dunia haruslah mampu mengatur diri sendiri dimana dia harus mampu mengolah jati diri sejatinya dengan meluruskan atau mengendalikan pikirannya. Dengan membulatkan tekad maka dia akan mampu meluruskan atau mengendalikan pikirannya secara baik yang kesemuanya dimulai dari meneliti inti dari setiap kejadian [Ke’-wu]. Perenungan yang demikian akan membawa seseorang berusaha mengolah dirinya dan mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya, sehingga mampu mengatur negerinya menuju tercapainya perdamaian dunia.
Seri Tulisan Confucius [6] – Manusia Harus Mengerti Kapan Harus Diam
Budaya-Tionghoa.Net | Manusia harus mengerti kapan dia harus diam dan kapan harus bicara. Baik dalam ajaran Buddhisme maupun Taoisme mengenal prinsip diam yang masing-masing memiliki konsep pengertian yang hampir dapat disamakan. Adakalanya kita memerlukan waktu untuk lebih banyak diam, lebih banyak mendengarkan. Kita terlalu disibukkan dengan berbagai permasalahan duniawi, masalah rumah tangga yang rumit, pekerjaan di kantor yang tidak berkesudahan, bisnis usaha yang tidak stabil, teman yang menyebalkan, dan berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan inipun sering kita bawa pada saat menghadap di depan Yang Maha Agung, dan kitapun mengeluhkan berbagai permasalahan tersebut dengan harapan akan menemukan suatu jalan keluar.
Seri Tulisan Confucius [4] – Lima Kitab (Five Classics / Wu Cing)
Budaya-Tionghoa.Net | Penyalinan ulang Lima Kitab [Wu Cing] merupakan suatu perwujudan nyata dimulainya era tradisi Confucianisme. Pencantuman naskah pra-Confucianis yaitu Kitab tentang Sejarah [Shu Cing] dan Kitab tentang Sajak [Shi Cing], dan naskah Ch’in Han seperti bagian tertentu dari Kitab tentang Upacara [Li Chi], mencerminkan bahwa semangat dibalik kebangkitan rencana pendidikan inti terhadap ajaran Confucius adalah bersifat menyeluruh. Lima Kitab dapat diuraikan dalam lima konsep pandangan, yaitu metafisikal, politik, puisi, sosial, dan sejarah. Wu Cing yang isinya sangat sulit dimengerti tersebut pada umumnya dipelajari setelah seseorang menguasai naskah yang ada dalam Empat Buku [Shih Shu].
Seri Tulisan Confucius [5] – Pelajaran Pokok Dalam Confucianisme
Budaya-Tionghoa.Net | Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki watak [hsing] sebagai ciri pengenalnya, karena watak tersebut adalah anugerah Yang Maha Esa atau Yang Maha Tinggi. Manusia dapat merasakan kehadiran Th’ien di dalam diri sejatinya dengan mengembangkan sifat sejatinya berupa kejujuran. Manusia kehilangan sifat sejatinya setelah terlahir ke dunia ini dimana menurut pemikiran Confucianisme, hanya melalui pendidikan dan pendalaman batin maka manusia akan mampu menemukan kembali jati diri sejatinya.