BERKESEMPATAN menggeluti kehebatan karya-karya seorang Kwee Tek Hoay, mentransliterasikan[1]nya, lalu mengadaptasi[2]nya, sampai kemudian menyaksikannya dipentaskan di atas panggung Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), merupakan suatu kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi saya. Ya, sejak tahun 2004, saya telah menulis ulang beberapa naskah drama Melayu-Tionghoa yang selama puluhan tahun sempat terpinggirkan dari sejarah sastra Indonesia, dan berkolaborasi dengan sutradara Daniel H. Jacob, yang lewat Teater Bejana asuhannya mementaskan drama-drama tersebut dengan cukup sukses.