Budaya-Tionghoa.Net | Sebenarnya saya belum begitu lama mengenal Mas Kusno. Tapi saya sudah mulai tertarik kepadanya. Sebab dia selalu ngomong dan bercerita tentang hal-hal besar. Yang bukan urusan biasa sehari-hari, bukan hal sepele. Apa dia bilang? Katanya, kita yang hidup di luarnegeri ini, jangan hanya enak-enak saja, menikmati kehidupan sehari-hari, tanpa mengingat keadaan teman-teman dan anak-anak miskin di tanahair. Ingat anak-anak jalanan – ingat anak-anak yatim-piatu – anak-anak miskin yang hidupnya bukan hanya tidak mampu bersekolah, tetapi mau hiduppun susah! Sudah seharusnya kita ini mengulurkan tangan buat membantu mereka. Kiita harus berbuat demi anak-anak itu. Masaksih kita tidak bisa menyumbang barangkan sedikit – memisahkan uang pendapatan kita barangkan satu dua euro – atau seberapalah semampu kita.
Category: Sobron Aidit
Surat Dari Jakarta [1]
Walau siang terang
di luar – tutup semua jendela
agar di dalam jadi gelap malam
dan pesawat menembus malam dalam malam
sudah itu kami tak tahu
apakah kami ada di malam
atau ada di siang.
Kualalumpur membukakan jendela kecil
dan siang telah mengusir malam
Jakarta hanya sepelemparan batu
kalau rindu telah mengharu-biru
terasa begitru jauh bagaikan ribuan batu
dan kamu In, di mana kamu menunggu?
di jembatan lengkung?
atau di bawah jembatan Ancol?
ketika aku berdua dengan Deasy itu
mengajar anak-anak miskin
anak-anak jalanan dan pemulung
anak-anak pelacur dan preman?
maupun di luaran
mari sayang, kita cukup bersahabat
tanpa cinta – tapi penuh keakraban,-
Budaya-Tionghoa.Net | Ada kebiasaan yang baik di kalangan anggota milis jalansutra, yang saya salah seorang anggotanya. Pabila seseorang pulang dari perantauan dan datang ke Indonesia – Jakarta, akan selalu dijamu makan bersama. Dan ketika hari itu ada beberapa orang datang dari Singapura danseorang dari Paris – saya,- yang diundang makan bersama. Deasy seorang aktivis dari milis jalan sutra menilpun saya apakah saya sempat menghadiri perjamuan itu. Saya jawab, bisa dan siap. Kata Deasy, dia siap menjemput di Cibubur atau di suatu tempat. Saya tidak mengenal seorangpun anggota milis jalansutra. Dan nanti di Gedung BNI lantai 46 itu, kami akan saling bertemu, sejumlah 18 orang. Perkara Gedung BNI 46 itu, ada sedikit salah tafsir pada diri saya. Saya kira karena BNI itu didirikan pada tahun46 – lalu dinamakan BNI 46. Ternyata di BNI 46 itu ada di lantai 46,- jadi serba kebetulan, BNI 46 di lantai 46, lantai tertinggi.
Surat Dari Jakarta [10] – Rumah Yang Indah
Budaya-Tionghoa.Net | Beberapa tahun yang lalu, pabila mau melihat dan mau tahu di mana rumah-rumah dan perumahan yang indah-indah dan bagus-bagus di Jakarta, orang akan menunjuk ke Pondok Indah dan Cinere. Tetapi sekarang ini saingannya sudah begitu banyak. Sudah ada Pantai Mutiara yang melebihi dua nama itu. Dan nama Cibubur pelan-pelan melambung tinggi – melesat jauh melangit. Kota Pesona Wisata Dunia itu dari sehari ke sehari membangun perumahan mewah. Rata-rata perumahan di sana berlantai ganda – halamannya luas dan,- nah inidia – agaknya seperti tersembunyi. Tak mau banyak diketahui orang – agak malu-malu dan bagaikan setengah tertutup buat sementara. Dan suasana alam kehutanannya masih lebat – banyak pohon-pohon lama – besar dan tinggi-tinggi. Pusat perbelanjaan dari sehari ke sehari selalu bertambah dan selalu meriah. Orang-orang Jakarta kota dan Jakarta pinggiran, banyak yang berbelanja dan makan-makan di sana – di kota wisata CIBUBUR.
Surat Dari Jakarta [9] – Makanan Perut dan Selera
Budaya-Tionghoa.Net | Pabila sudah jam 17.00 di banyak jalan – tempat – terminal dan bagian-bagian yang diperkenankan orang berjualan – berjaja – makanan yang lezat-lezat, Jakarta sudah mulai sibuk dengan menggelar dan siap menyajikan makanan. Di Jakarta mau makan apa saja, selalu ada dan tersedia. Asal tahu dan pandai mencari tempatnya di mana – maka makanan apa saja akan dapat ditemui. Sekarang lebih gampang kalau mau tahu, makanan sejenis ini itu, pabila kita tidak tahu, tanyakan saja kepada milis “jalan-sutra”,- maka kita akan mendapatkan jawaban yang lebih dari sekedarnya. Tapi jangan tanya kepada saya, sebab saya anggota baru dan lagi tidak berdiam dan berdomisili di Jakarta dan Indonesia. Kalau makana yang di Paris, mungkin saya akan lebih tahu daripada di Jakarta. Dan oleh sebab itulah, saya dengan sangat senang bergabung dengan teman-teman di “jalan-sutra”.
Surat Dari Jakarta [4]
Budaya-Tionghoa.Net | Ada dua kelas yang ketika itu gurunya bu Deasy. Deasy mengajar bahasa Inggris. Des sudah menyiapkan seperangkat alat-alat tulis dan gambar-foto buat diperagakan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Bu Des menjadi tuanrumah saya selama pengenalan dan pergaulan di jalansutra dan selama di Jakarta. Orangnya lincah – gesit dan penuh semangat pengabdian kepada sekolah KARTINI ini. Persahabatannya dengan dua bunda-kembar Sri,- sangat bersesuaian dengan cita-cita pengabdiannya. Sama-sama satu tujuan, bekerja dan mengabdikan diri bagi anak-anak miskin dan anak-anak jalanan – anak-anak yang tadinya gelandangan.