Budaya-Tionghoa.Net | Ada dua kelas yang ketika itu gurunya bu Deasy. Deasy mengajar bahasa Inggris. Des sudah menyiapkan seperangkat alat-alat tulis dan gambar-foto buat diperagakan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Bu Des menjadi tuanrumah saya selama pengenalan dan pergaulan di jalansutra dan selama di Jakarta. Orangnya lincah – gesit dan penuh semangat pengabdian kepada sekolah KARTINI ini. Persahabatannya dengan dua bunda-kembar Sri,- sangat bersesuaian dengan cita-cita pengabdiannya. Sama-sama satu tujuan, bekerja dan mengabdikan diri bagi anak-anak miskin dan anak-anak jalanan – anak-anak yang tadinya gelandangan.
Category: Sobron Aidit
Surat Dari Jakarta [2]
Budaya-Tionghoa.Net | Ada kebiasaan yang baik di kalangan anggota milis jalansutra, yang saya salah seorang anggotanya. Pabila seseorang pulang dari perantauan dan datang ke Indonesia – Jakarta, akan selalu dijamu makan bersama. Dan ketika hari itu ada beberapa orang datang dari Singapura danseorang dari Paris – saya,- yang diundang makan bersama. Deasy seorang aktivis dari milis jalansutra menilpun saya apakah saya sempat menghadiri perjamuan itu. Saya jawab, bisa dan siap. Kata Deasy, dia siap menjemput di Cibubur atau di suatu tempat.
Soal Makanan dan Kesehatan
Budaya-Tionghoa.Net | Kata peribahasa Tiongkok, pabila mau berumur panjang, makanlah kalau benar-benar sudah merasa lapar, dan berhentilah sebelum merasa kenyang,- Yang bagian kedua ini, rasanya saya belum bisa! Yang bagian pertama okey-okey saja. Bayangkan sedang masih ligat dan mau-maunya, sudah harus berhenti! Karenanya barang- kali saya tidak termasuk daftar orang-orang berumur panjang hanya lantaran makanan enak!
Syukuran dan Kangenan di Hari Sabtu
Budaya-Tionghoa.Net | Anak saya Nit, bicara sebagai tuanrumah dan keluarga dan sebagai pengundang, antaranya mengatakan bahwa sebenarnya ayah saya tidak terbiasa merayakan hari ulangtahun dirinya. Tetapi karena angkanya sekali ini agak khusus dan mau bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan teman-temannya, maka hari ultah yang kali ini kami rayakan dan peringati. Tapi ka- rena rumah kami tidak besar, sedangkan tamunya tidak sedikit, maka kami bagi dua rombongan.
Jembatan Lengkung
Budaya-Tionghoa.Net | Pabila saya lupa merendam panci atau kukusan karena menanak nasi ketan buat dijadikan tapai, bukan main sulitnya menghilangkan bekas nasi ketannya itu. Dia lengket – melekat sangat erat dan kukuh. Biasanya panci dan kukusan itu saya panaskan lagi di kompor, bahkan sampai mendidih. Sudah itu barulah saya kikis dan bekas nasi ketannya barulah hilang. Ketika itulah saya wanti-wanti berpesan pada diri sendiri – salah e dewek, kenapa tidak langsung direndam agar tidak kerja dua kali, buang-buang waktu. Sudah itu saya berpikir, betapa lengket dan lem yang dilahirkan oleh nasi ketan hitam maupun ketan putih itu, bukan main zat lengketnya – zat lemnya begitu bagus.