Budaya-Tionghoa.Net | Aku tak mau diganti ongkos fotokopinya, sungguh aku tak mau, jangan. Ini kuberikan sebagai tanda kenang-kenangan. Nah ini kutandatangani, jadi sah? demikian ucapan Liem Kok Bie almarhum ketika ia menyerahkan fotocopi buku Sam Kok kepada penulis sore hari dikediamannya Jl. Taman Daan Mogot II No. 37 Jakarta, setelah lama mengobrol disana.
Category: Tionghoa
Dari Gerakan Bawah Tanah sampai Zona Damai
Budaya-Tionghoa.Net | Perjuangan integrasi Irian Barat ke pangkuan NKRI melibatkan organisasi dan para peranakan Tionghoa. Namun, tak semua sependapat tentang masalah gerakan pro-kemerdekaan.
…
Taman makam pahlawan Serui terletak di tengah kota. Dihiasi tugu bercat putih dengan lambang Garuda ¬Pancasila. Terbaring delapan jasad pahlawan yang berjasa dalam mengintegrasikan Irian Barat ke pangkuan NKRI: Silas Papare, Stefanus Rumbewas, Thung Tjing Ek, Dirk Ramandey, Salim Suneth, HW Antaribaba, Rafael Maselkosu dan George Henk Ayorbaba.
Keramik Tiongkok, Alat Tukar yang Membudaya
Budaya-Tionghoa.Net | Suku-suku asli Papua sudah mengenal keramik Tiongkok selama ratusan tahun. Di mata mereka, keramik Tiongkok mempunyai fungsi sosial budaya yang tinggi.
…
Sepuluh laki-laki Papua berjubah kuning menari, menyanyi sambil menabuh tifa, gendang panjang khas Papua yang terbuat dari kayu dan kulit biawak. Di belakang mereka berbaris ratusan orang. Tua, muda, laki-laki dan perempuan, mengikuti penabuh gendang sambil berjalan jinjit-jinjit dan saling bersahutan. Ramainya barisan ini menyita perhatian masyarakat dan sempat membuat jalan raya Biak macet.
Pengantar Untuk Memoar Ang Yan Goan
Budaya-Tionghoa.Net | ANG YAN GOAN (1894-1984) bermata sipit, tentu juga para moyangnya semua orang-orang Tionghoa asli yang lahir di daratan Cina. Semua itu bukan kemauan Yan Goan dan jelas bukan pilihannya. Juga di luar kuasanya, Yan Goan dilahirkan di Tanah Pasundan, kota Bandung. Masuk sekolah dasar Pah Hwa berbahasa Tionghoa di zaman kolonial Hindia-Belanda tentulah masih orang-tuanya yang menentukan, tetapi sejak belajar di tingkat sekolah menengah di Tiongkok awal 1900an, rasio dalam kepala anak-muda yang beranjak dewasa ini mulai membikin pilihan sendiri. Dalam banyak hal dia mulai menentukan hal-hal menyangkut diri pribadinya sesuai kemauan dan nalurinya – terutama berkaitan masa-depannya sendiri.
Jangan Bedakan Kami , Karena Kami Indonesia Ada
Jangan Bedakan Kami, Karena Kami Indonesia Ada
Budaya-Tionghoa.Net | ITULAH rengeng-rengeng (gumam) yang berulang kali dinyanyikan biduan country Franky Sahilatua sambil memetik senar gitar kopong di podium. Event-nya, seminar sehari dengan tema Sumpah Pemuda dan Semangat Pluralisme. Tempatnya di Restoran Raja Kuring, Jl Kakap No 5, Pasar Ikan, Jakarta Barat. Waktunya, Sabtu, 29 Oktober 2005. Diselenggarakan oleh INTI, Perhimpunan Indonesia-Tionghoa DKi Jakarta. Acungan jempol buat INTI karena peringatan Sumpah Pemuda tahun ini sungguh sepi bagai dilupakan oleh sebagian terbesar rakyat dan Pemerintah Republik Indonesia.