Budaya-Tionghoa.Net | Jadi orang Cina di negeri ini, di masa ini pula, memang serba salah. Walaupun sudah ganti nama, masih juga ditanyakan ‘nama asli’nya kalau mendaftarkan anak ke sekolah atau jika membuat paspor. Mungkin, karena memang nama yang digunakan terasa tidak pas bagi orang lain, seperti nama Nagaria. Biasanya naga menggambarkan kemarahan dan keganasan. Apakah si naga yang riang gembira ini tertawa-tawa? Hartadinata, terasa lucu, karena tidak klop antara kekayaan dan keanggunan jabatan, antara harta dan nata.
Category: Tionghoa
Istilah “Cina” dan “China”: Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini
Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah “Cina”, “China”, “Tionghoa” masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam Didi
Perkawinannya Tidak diakui Oleh Negara
Tampaknya pasangan Khonghucu di tanah air harus menelan pil pahit lebih dalam lagi. Bagaimana tidak, sebagai pasangan yang telah mengikrarkan diri sehidup semati menjadi suami istri tapi ternyata oleh negara perkawinannya ditolak untuk diakui dan dicatat.
Yang Menolak Tidak Memakai Nurani dan Logika
Budaya-Tionghoa.Net | Sinergi Pasangan Budi Wijaya – Lany Guito : Yang Menolak Tidak Memakai Nurani dan Logika *
..Apa memang disuruh ‘kumpul kebo’ yang nyata-nyata bukan budaya bangsa Indonesia?…Anda masih ingat dengan kasus perkawinan Budi Wijaya dengan Lany Guito yang sempat menjadi perbincangan hangat di berbagai instansi. Kasus itu terjadi tatkala Kantor Catatan Sipil (KCS) Surabaya pada tahun 1995 menolak mencatatkan perkawinan yang dilakukan pasangan itu di Klenteng Boen Bio Surabaya pada 23 Juli 1995 sebab berdasarkan tata cara, agama Khonghucu dianggap bukan salah satu dari 5 agama resmi. KCS Surabaya merujuk pada Surat Keterangan Kanwil Depag Jatim.Kasus mulai mengembang ketika mereka melakukan gugatan. Pada gugatan di tingkat peradilan pertama (PTUN) dan tingkat kedua (PTTUN) mereka kalah, meskipun berbagai saksi ahli, pakar, dan tokoh agama telah memberikan kesaksian. Baru pada pemerintahan Reformasi, pada Maret 2000, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan putusan yang memenangkan penggugat dan memerintahkan Kantor Catatan Sipil Surabaya untuk mencatatkan perkawinan Budi Wijaya dan Lany Guito.
Sinopsis Cerita: Patekoan & Kapitein Gan Djie
Budaya-Tionghoa.Net | Gan Djie adalah seorang Kapitein der Chineezen yang mempunyai riwayat baik dan luar biasa. Ia adalah kapitein der Chineezen ketiga di Batavia, menggantikan Phoa Beng Gam. Istrinya adalah seorang perempuan Bali. Perempuan inilah yang kemudian menggantikan kedudukannya sebagai Kapitein der Chineezen selama 12 tahun setelah ia wafat.