Budaya-Tionghoa.Net | Sekelumit Jejak Tionghua di Kalimantan Timur , Gunung Kombeng Dan Salasilah Kutai.
Forum Budaya & Sejarah Tionghoa
Budaya-Tionghoa.Net | Sekelumit Jejak Tionghua di Kalimantan Timur , Gunung Kombeng Dan Salasilah Kutai.
Budaya-Tionghoa.Net | Beberapa waktu lalu salah satu member berkisah tentang perjalanan ke Tuban di Tambakboyo, kurang lebih 15 km sebelah barat Tuban. Dia melihat penduduk banyak menjemur sesuatu. Dan akhirnya dia mengetahui setelah bertanya, dan ……oh itu terasi. Satu keluarga Tionghoa di desa itu mengatakan keluarganya sudah bikin terasi dari sejak engkongnya, dan engkong dari engkongnya dan mungkin dari engkongnya lagi. Dia bilang udah tradisi keluarganya.
Budaya-Tionghoa.Net | Sebelum tahun 1975 (ketika Indonesia menginvasi Timor Timur) Timor Timur terdapat hampir sekitar 20.000 warga Tionghoa, sekarang hanya tersisa tak sampai 3000 orang dan ini adalah para warga yang kembali lagi ke Timor Timur setelah negeri ini mencapai kemedekaannya pada tahun 2002.
Budaya-Tionghoa.Net | Ganes Thiar Santoso adalah seorang legenda dunia komik Indonesia dengan karya legendarisnya, Si Buta dari Goa Hantu. Menurutnya, karya ini bukan menjiplak film Zato Ichi, si pendekar pemijat buta dari Jepang, melainkan dari film koboi buta Italia yang dibintangi Cameron Mitchell, The Blind Gunfighter.
Sebagian besar karyanya berlatar belakang Betawi tempo doeloe seperti: Tuan Tanah Kedawung, Jampang, Taufan, dan Reo Anak Serigala (murid si Buta). Ganes bukan cuma berkiprah di dunia komik tapi juga menerobos dunia film dengan menulis skenario merangkap penata kostum. Hampir semua komiknya telah difilmkan. Bahkan sebelum tutup usia masih mendukung pembuatan serial sinetron Si Buta dari Goa Hantu dan Reo Anak Serigala untuk teve.
Budaya-Tionghoa.Net | Korban senantiasa berjatuhan ketika meletusnya peperangan , bukan saja nyawa yang dapat terenggut tetapi juga kehormatan , seperti kasus Nanking 1937 dengan tragedi pemerkosaan yang memakan korban ratusan ribu wanita. Jumlah ini masih menjadi kontroversi dari kedua belah pihak , Jepang dan Tiongkok. Tetapi dari tragedi ini lahir pahlawan kemanusiaan seperti Minnie Vautrin , seorang wanita asing yang menyelamatkan banyak wanita di Nanjing pada masa itu. Di masa damai , semper eadem . Masih ada anak yang terbuang , terlantar bahkan melata dijalanan. Masih ada gadis-gadis belia yang tercerabut dari kampung halamannya , siap untuk disajikan kepada pria-pria hidung belang . Masih ada yang belum mendapat pendidikan yang layak untuk masa depan. Karena itu di di masa damai , dunia , paling tidak disini , di Indonesia , masih tetap memerlukan pahlawan seperti Auw Tjoei Lian.