Budaya-Tionghoa.Net| Diakhir abad ke 19 ,bangsa Tiongkok amat direndahkan bahkan dijuluki “Orang Sakit Dari Asia”. Runtuhnya kejayaan serta harga diri itu tidak terjadi begitu saja , tapi melalui proses jangka panjang. Korupsi , aksi separatis internal dan masuknya candu yang lebih dari 100 tahun menggerogoti bangsa Tiongkok.
Puisi Alam [2] : Sanjak Alam Dinasti Song | Ceng Gongliang , Mei Yaochen , Ouyang Xiu , Su Shi , Lu You , Yang Wanli
Budaya-Tionghoa.Net | Kalau sebelumnya saya paparkan sanjak alam dari Dinasti Tang, sekarang giliran sanjak alam yang berasal dari masa Dinasti Song. Sanjak alam Song memiliki ciri yang berbeda dengan Tang. Dalam sanjak Tang keterlibatan subyek penyair sangat terasa, alam adalah media untuk mengungkapkan suka duka penyair, berkesan subyektif. Sedangkan dalam sanjak Dinasti Song alam hadir sebagai obyek mandiri. pelukisannya terkesan obyektif. Cara pelukisan di masa Dinasti Tang lebih global, sedangkan pada masa Dinasti Song lebih mendetail. Selamat menikmati,Zhou Fy
Che Yifai (Chen Yonghong) : Sekilas Duel Melawan Petarung Jepang
Budaya-Tionghoa.Net | Che Yizhai atau Chen Yonghong (1833-1914), dilahirkan di Provinsi Shanxi. Disaat muda dia mempelajari Xingyi Quan dari Master Li Luoneng. Che berlatih dengan keras dan menarik perhatian Li dengan dedikasi dan skillnya. Di tahun 1863 Li memperkenalkan Che kepada Dai Wenxiong untuk studi lebih lanjut. Dai menyukai Che Yizhai dan memberinya buku Xinyi Quan. Buku ini tidak pernah dipublikasi dan hanya ada dalam versi tulisan tangan.
Kisah Tao Kan : Waktu Yang Berharga Untuk Menimba Ilmu
Budaya-Tionghoa.Net | 一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴。黑发不知勤学早,转眼便是白头翁. yi cun guang yin,cun jin nan mai cun guang yin.hei fa bu zhi qin xue zao,zhuan yan bian shi bai tou weng. Kalimat dalam bahasa mandarin di atas tidaklah asing bagi kita semua. Secara sederhana dapat diartikan:Waktu sangatlah berharga,walaupun kita kaya tidak akan bisa membeli waktu yang telah lewat. Semasa muda tidak giat untuk menimba ilmu,pada masa tua hanya bisa menyesal.
Pasukan Kuli Tionghoa Di Perancis : Dibalik Kemenangan Sekutu & Perubahan Di Tiongkok
Budaya-Tionghoa.Net | Judul di atas itu mungkin pada awalnya terkesan merendahkan , “Pasukan Kuli” . Mereka berasal dari mantan adikuasa yang pemerintahnya tidak lagi berwibawa. Walau diremehkan , pasukan kuli ini turut mendorong perubahan di Tiongkok . Dalam Perang Dunia I [1914-1918] , Tiongkok tidak lagi menjadi fokus utama tekanan Barat , karena medan utama peperangan terjadi di Eropa. [1] Di tahun 1916 , kebutuhan tenaga logistik bagi Sekutu di Front Barat dalam Perang Dunia I , sedemikian mendesak. Pertempuran Somme [1 Juli – 14 November 1916] membunuh hampir satu juta personil dari kedua kubu. Perancis dan Inggris sendiri kehilangan sekitar 620 ribu personil dalam pertempuran yang paling mematikan di Perang Dunia I ini. Field Marshall Douglas Haig [1861-1928] meminta sekitar 21 ribu buruh untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia [SDM].