Budaya-Tionghoa.Net | Ada beberapa pertanyaan dari rekan-rekan tentang Yamcha. Pertama , apakah tradisi dari negeri Tiongkok asli ? Dan pertanyaan kedua , pada saat Yam-Cha dan setiap kali ada yang menuangkan teh, ada yang diajari diajari untuk mengetuk meja dengan jari telunjuk, apa maksudnya? Mengapa demikian? Bolehkan dengan jari lain? Pada saat perjamuan minum teh, benarkah kalau kita yang menuang teh, orang yang paling dihormati adalah orang yang terakhir kita suguhi? Karena teh yang paling terakhir keluar dari teko adalah yang terbaik. Apa benar demikian?
Kata Ganti Pertama “Owe” Itu Sopan Sekali
Budaya-Tionghoa.Net | Memang benar bahwa kata ganti orang pertama tunggal “owe” itu kata ganti yang sangat sopan. Kata ganti ini khas Peranakan, yakni mereka yang telah beberapa generasi di negeri ini. Kata “owe” sebagai kata ganti, melainkan “gua” (Hokkian), “ngai” (Hakka/Kheh), “ngou” (Konghu), “wa” (Tiociu) dll, tergantung kelompok dialek mana seseorang termasuk. Di masa kini banyak orang totok menggunakan kata “wo” sebagai kata ganti orang pertama.
Szetu Mei Sen, Seorang Biasa Yang Luar-Biasa
Budaya-Tionghoa.Net | Tanggal 13 Oktober tahun 2010 yl. Rakyat Indonesia dan Rakyat Tiongkok kehilangan seorang pejuang dan sahabat baik yang dikenal dengan nama Szetu Mei Sen, usia 82 tahun. Pada saat dilangsungkan Upacara Belasungkawa perpisahan terakhir pada tgl. 19 Oktober 2010 jam 11 pagi di Rumah Duka Jing Hu Macau, nampaklah ke-BESARAN Szetu Mei Sen yang dihargai dan dihormati rakyat kedua Negara, Indonesia-Tiongkok. Sementara penduduk-tua Macau terkagum, “Selama ini belum pernah melihat Rumah Duka bisa begitu penuh dihadiri kerabat orang yang meninggal, sekalipun pejabat tinggi Macau. Sungguh luar biasa yang meninggal kali ini?”
Empat Wanita Cantik / Si Da Mei Ren
Budaya-Tionghoa.Net | Dalam sejarah Tiongkok , Si Da Mei Ren adalah empat wanita jaman dahulu kala yang terkenal karena kecantikannya.Walaupun nama mereka ada yang tercatat dalam sejarah tertulis, namun kisah mereka banyak yang sudah bercampur dengan cerita/legenda rakyat. Menurut ceritanya, mereka adalah wanita-wanita yang paling cantik di Tiongkok pada jaman dahulu kala.
Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam Era Globalisasi
Budaya-Tionghoa.Net | Menarik sekali tulisan-tulisan di Kompas pada tanggal 7 Februari 2005, ada tiga tulisan yang berkaitan dengan buku ini. Pada bagian Finansial di halaman 27, ada dua judul: ‘Soal Kurs, G7 Harus Libatkan China’ dan ‘Jumlah Warga China yang Kapitalis Kian Bertambah’. Sementara pada bagian Opini di halaman 47 ada satu judul:’”Societas” Dialogal’ yang ditulis oleh Armada Riyanto, seorang Doktor Filsafat. Secara kebetulan, saya sedang mempersiapkan resensi buku ‘Belajar dari Cina’ yang—setelah saya baca—ternyata berkaitan dengan ketiga artikel tersebut