Budaya-Tionghoa.Net | Di Palembang ada banyak sekali kelenteng . Setiap tahun disekitar bulan Juli dan Agustus ada acara Sembahyang Rebutan. Banyak sekali makanan yang akan disajikan , baik berupa beras , daging , buah-buahan.Di masa lampau , setiap kali acara itu selesai sekitar jam 10 malam, ada ritual yang membakar sebuah boneka dari kertas yang berwajah seram, dengan lidah menjulur, rambut yang berwarna merah, berdiri tegak dengan sebuah tangan di pinggang dan tangan yang satu lagi terangkat keatas . Masyarakat setempat menyebutnya “te su”.
Sembahyang Rebutan – Phu Tu
Budaya-Tionghoa.Net | Sepengetahuan saya, tradisi ‘sembahyang rebutan‘ didasari oleh kisah salah satu murid Sang Buddha yaitu Mogalana yang memiliki kesaktian sehingga beliau mampu menuju ke alam neraka untuk menjenguk sang ibunda yang telah meninggal dunia.
Wayang Potehi, Dulu Terpasung, Kini Merana
The Chinese Roots , Provinsialisme
Budaya-Tionghoa.Net | Karena provinsialisme ini dan pikiran yang konservatif dari golongan-golongan masing masing, maka mereka mengatakan perbedahannya dengan stereotip-stereotip, kata-kata yang negatif dari masing-masing golongan. Kontradiksi itu begitu beratnya sampai anak-anak mereka dilarang perkawinan campuran antara berbagai provinsi. Senario ini saya lihat pada teman-teman saya. Secara halusnya saya katakan orangtua mereka masing-masing bisa berkata : ”mereka melihat sesuatu, menurut pandangannya, persepsinya, diwarnai dengan kebiasaan mereka yang berlainan dengan kita. Kau tidak akan bisa cocok menika dengan dia, karena kebiasaan dan kultur yang berlainan.”
Menghadapi Dilema Tiongkok
Budaya-Tionghoa.Net | Walaupun Amerika sudah disibukkan dengan terorisme internasional, bukan berarti Tiongkok berhenti atau beristirahat untuk menjadi kandidat raksasa dunia, pesaing sang adidaya itu. Setidaknya ada empat hal yang perlu dicatat mengenai Tiongkok sehubungan dengan potensinya sebagai calon negeri adidaya.