Budaya-Tionghoa.Net | Tanpa dihitung tanpa diperkirakan, rupanya selama 15 tahun saya membuat tapai buat Restoran kami. Dua kali dalam satu minggu. Sekali buat, 2 kg beras-ketan-hitam dan 2 kg beras-ketan-putih. Masing-masing beras itu direndam dulu. Buat memasak – menanak dua jenis beras itu, maka beras-ketan hitamlah yang harus lebih lama direndam dan lebih lama ditanak atau dikukus. Waktu yang digunakan buat beras-ketan hitam, antara satu-setengah jam sampai dua jam. Saya sering bilang, membuat tapai dari beras-ketan-hitam ini, banyak makan-waktu – banyak makan-tenaga dan banyak makan-listrik-stroom!
Bantulah Saya! Saya Memang Memerlukan Bantuan
Budaya-Tionghoa.Net | Suatu kali saya menginap di rumah adik saya di Hoofddorp – Holland. Menginap begini sudah beberapa kali. Dan kami ngomong – ngobrol – disamping melepas kekangenan. Kami yang dulu 7 bersaudara, kini tinggal tiga. Murad, abang kami yang di Depok, Asahan Alham ( dulu Asahan Aidit ) dan saya. Tiga saudara ini dengan tiga kewarganegaraan. Abang kami warga RI – adik saya warga Belanda, dan saya warga Perancis. Tragis kan! Semua ini ada sejarahnya – ada asalnya. Yaitu sejarah-gelap-bangsa tahun 1965 itu, yang penciptanya sampai kini masih segar-bugar, satu-satunya diktator di dunia ini yang paling beruntung!
Bau Wellington di Paris [III]
Budaya-Tionghoa.Net | Setelah saya menduda selama hampir 15 tahun, dengan kedatangan Eleane ini ke rumah saya selama 10 hari itu, terasa seakan-akan, oh begitu rasanya kalau punya istri kembali ya. Enak juga ya. Diladeni seperti ketika istri masih hidup itu. Dimanjakan dan memanjakan. Rasanya hidup ini betapa nikmatnya – sedap dan selalu ada getaran perasaan, bagaikan tali kecapi cinta. Tapi saya menyadari sepenuhnya, hidup yang begini ini takkan lama – tidak mungkin lama dan tidak boleh lama.
.
Catatan Sekitar Prof Dr Prijono
Budaya-Tionghoa.Net | Yang saya maksud Pak Pri yalah Prof Dr Prijono, ketika itu menteri PD dan K, lalu Dekan Fakultas Sastra UI, lalu sebagai Ketua Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok. Nah, yang belakangan ini bikin saya banyak berhubungan dengan Pak Pri. Sebab dia Ketuanya dan saya Sekretarisnya.
Biasanya sebelum kami mulai rapat, kami ngobrol dulu. Dan bagian adegan ini sangat asyik. Sebab ternyata Pak Pri sangat pandai ngobrol yang semuanya menarik dan asyik kita mendengarkannya. Orangnya ramah – terbuka – sangat komunikatif dan nah yang ini,- dia itu – sebagai pengganti beliau,- enak diajak ngomong – sangat tidak angker!
Minggu Pagi Masak Bersantai – Sop Buntut dan Guo Ba
Budaya-Tionghoa.Net | Sop buntut sudah dikenal dan terkenal di kampung kita. Sangat digemari tetapi tidak mudah membuatnya. Dalam pengertian sangat lama baru jadi. Dalam panci presto yang sangat panas karena bagaikan diperas itu, memerlukan satu sampai dua jam. Dalam panci biasa, paling sedikit sampai empat jam. Juga memerlukan kesabaran, karena menunggu begitu lama. Sop buntut yang enak, pabila sudah agak lunak, apinya lalu dikecilkan. Nah, menggangu syaraf lagi – harus lagi-lagi bersabar. Sekali-kali jangan karena mau cepat, lalu apinya dibesarkan. Itu pemaksaan namanya. Dan apa saja yang sifatnya dipaksakan, tidak bakalan enak! Biarlah yang wajar-wajar saja.
.