PK ( peekay ) mencari Tuhan
PK ( peekay ) mencari TuhanPK adalah sebuah film komedi yang disutradarai Rajkumar Hirani , dibintangi Aamir Khan dan Anushka Sharma, adalah film komedi spiritual agama yang amat menarik dan penuh nilai filosofis yang patut direnungkan. Satu tontonan wajib bagi mereka yang menjelajahi alam semesta ini terutama yang menggunakan pikiran maupun spiritualitasnya. Film ini dapat dianggap melecehkan agama bagi mereka yang berkacamata sempit dan tidak mau membuka matanya mereka. Suka tidak suka, agama manusia ini menjadi tiga golongan. Pertama adalah monotheistic, kedua polytheistic dan nontheistic. Kadang arogansi-arogansi muncul dan pemaksaan-pemaksaan muncul atas nama agama.
PANDANGAN FILOSOFIS TIONGHOA MEMANDANG MATI BAGAIKAN HIDUP ( bagian 4 )
PANDANGAN FILOSOFIS TIONGHOA MEMANDANG MATI BAGAIKAN HIDUP ( bagian 3 )
- Tidak tahu hidup bagaimana tahu mati ?(未知生焉知死 weizhisheng yuanzhi si ). Pandangan ini berasal dari dialog antara Kongzi dengan Zilu ( 542-480 BCE )[1]. Dialog lengkapnya adalah sebagai berikut : Zi Lu bertanya mengenai cara mengurus para roh. Kongzi menjawab,”Belum bisa mengurus manusia, bagaimana bisa mengurusi para roh”. Zilu bertanya lagi, “ Kuberanikan bertanya tentang kematian’’. Kongzi menjawab,” Tidak tahu tentang hidup, bagaimana tahu tentang mati”.( 子曰:“未能事人,焉能事鬼?”曰:“敢问死。”曰:“未知生,焉知死?). Pernyataan Kongzi yang terakhir ini sering dikutip oleh banyak orang yang berpendapat bahwa Kongzi tidak membahas alam kematian. Pandangan ini sebagian ada benarnya tapi perlu diketahui bahwa Kongzi mengikuti jejak kepercayaan dan tata cara ritual orang Tiongkok pra Kongzi. Alam kematian pra Kongzi akan dibahas di bawah tulisan ini. Pernyataan “ Tidak tahu tentang hidup, bagaimana tahu tentang mati’, mempengaruhi pemikiran orang Tionghoa selama ribuan tahun. Ini menyebabkan pemikiran orang Tionghoa lebih menekankan kehidupan bukan terpaku pada alam kematian. Penjelajahan filosofis kaum Ruist akhirnya lebih pada mengutamakan konsep apa itu hidup dan bagaimana menata kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain, mereka lebih mengutamakan hal-hal yang lebih berguna bagi masyarakat daripada berkutat pada alam kematian yang bersifat spekulatif dan bersikap realisitis bahwa kematian adalah hal yang tidak terelakkan.
Menghayati Kelenteng Sebagai Ekspresi Masyarakat ( Tionghoa bagian pertama )
Menghayati Kelenteng Sebagai Ekspresi Masyarakat Tionghoa
Oleh : Ardian Cangianto[1]
Pengantar
Pada saat mendengar kata kelenteng, yang terbersit secara umum adalah tempat ibadah orang Tionghoa, dimana tentunya pandangan itu tidak seratus persen benar, karena dalam perjalan sejarahnya, kelenteng memiliki makna-makna keagamaan yang bersifat universal dan tidak hanya untuk orang Tionghoa saja. Tapi di sisi lain, kelenteng mengandung unsur-unsur budaya Tionghoa yang kental dan semua itu adalah symbol yang memiliki makna-makna moralitas. Penanaman nilai moral itu dilakukan melalui bahasa symbol dan imaji selain bahasa oral dan teks.
PENGERTIAN AGAMA MENURUT BUDAYA TIONGHOA
Budaya-Tionghoa.net| Sebelum memasuki apa yang dimaksud alam kematian menurut kepercayaan Tionghoa, kita perlu mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan agama dalam budaya orang Tionghoa.
Pertanyaan umum, apakah orang Tionghoa memiliki agama ? Agama seperti apa ? Pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan dan tanpa disadari akan menisbikan pengertian apa yang dimaksud dengan agama dalam khasanah budaya Tionghoa.