Budaya-Tionghoa.Net |
Aku masih ingat pekarangan kecil ini. Sepi dan tenang. Dinding merah yang tinggi seakan memisahkan pekarangan ini dengan dunia luar. Saat musim semi tiba, beberapa ranting daun dan bunga menjulur masuk dari pohon di ujung timur sana. Setiap kali memandang dinding itu, aku selalu merasa tentram, serasa ialah yang melindungiku dan anakku selama lima tahun ini. Anak yang tak pernah memiliki nama, bahkan tak seharusnya dilahirkan. Tak hanya sekali aku berpikir, nama apa yang akan diberikan oleh ayahnya jika suatu hari nanti mereka bertemu? Nama generasinya seharusnya adalah You, dan nama belakangnya harus mengandung unsur kayu. Tapi aku tak pernah berani untuk memikirkannya lebih lanjut, bahkan sekedar dalam mimpi.