Budaya-Tionghoa.Net | “Seorang pria tua, tukang becak , memberikan donasi sebesar 350.000 RMB , untuk 300 siswa miskin … … ‘ketika semua kata-kata yang terhubung bersama-sama,kita sulit memahami , bagaimana ketekunan , keteguhan , cinta dan amal kehidupan orang tua dalam kondisi seperti itu . Bagaimana mungkin ? Orang tua yang murah hati itu adalah Bai Fangli.
Tag: kisah
Rekaan Belaka Kisah 3 x 8 = 23 dan Confucius
Budaya-Tionghoa.Net | Maaf, saya sudah lama tidak ngikutin milis Budaya Tionghoa karena kesibukan yang sangat tinggi. Tapi belakangan karena ada yang forward ke saya dan mengatakan bahwa ini cerita yang bagus, saya komentari saja, yaaa. Saya tidak menyalahkan anda atau penulis sebelumnya (saya lihat ada juga message sebelumnya yang dikomentari oleh pe Chan Chun Tak [red , Chan CT ] yang memuji-muji cerita itu) . Mendahului cerita ini, saya pernah menyampaikan keberatan saya terhadap sejumlah rohaniwan aliran Matakin mengenai kisah Yanhui ini. Semula saya berharap mendapatkan diskusi mengenai sumber dan otentifikasi, namun ternyata saya malah bingung dengan respons yang diberikan. Saya melihat ada problem pemahaman cerita. Karena itu, saya lempar saja ke rekan-rekan, agar setidaknya bisa memberikan wawasan yang baru. Bagi saya, cerita ini adalah cerita rekaan belaka. Siaoshuo, dongeng, kisah yang tidak bisa dijamin keakuratannya, lebih-lebih ketika membawa-bawa nama Konghucu (Confucius) di dalamnya.
Cerita Rakyat Tiongkok Tentang Kesabaran : Wang Wenzheng
Kisah Klasik Tentang Abraham Lincoln
An eye for eye only ends up making the whole world blind. — Mahatma Gandhi
Revenge is often like biting a dog because the dog bit you. — Austin O’Malley
God has a Big Eraser. — Billy Zeoli
Forgiveness is the final form of love.– Reinhold Niebuhr
Budaya-Tionghoa.Net| Ada sebuah kisah klasik tentang Abe Lincoln yang dengan jelas membuktikan, bahwa kasih itu praktis, bahwa rekonsiliasi itu mungkin, dan bahwa pengampunan adalah obat penawar luka kemanusiaan yang paling mujarab.
Kisah Ibu Yang Salah Mendidik Anak
Budaya-Tionghoa.Net | Pada masa lampau, tinggallah seorang janda yang mempunyai seorang anak laki-laki. Si ibu amat sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Anak itu bebas pergi ke mana saja dan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya. Ibunya tidak pernah melarangnya, malah memuji semua perbuatannya, baik ataupun buruk. Anak itu mempunyai kebiasaan yang buruk, ia selalu keluar rumah setiap malam.