Budaya-Tionghoa.Net | Tulisan saya tentang Baperki ternyata mengundang banyak tanggapan dan pertanyaan, baik langsung ke saya atau melalui beberapa jalur lainnya. Mungkin terlalu banyak pertanyaan atau hal yang bisa ditanggapi dalam sebuah e-mail. Kalau dilakukan tanggapannya akan panjang dan tidak coherent. Saya putuskan untuk menulis sebuah tanggapan singkat yang diharap secara global menjawab berbagai pertanyaan dan juga menanggapi hal-hal yang diangkat oleh banyak teman. E-mail ini juga diharapkan bisa mendorong para teman untuk terus memikirkan masalah pelik dan jangka panjang yang dihadapi Komunitas Tionghoa khususnya dan Indonesia umumnya.
Tag: Siauw Giok Tjhan
Charles A. Coppel: Sebuah Kenangan Pribadi Tentang Siauw Giok Tjhan
Budaya-Tionghoa.Net | Saya sangat menyesal karena tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Siauw Giok Tjhan ketika saya melakukan riset untuk disertasi gelar doctor saya di Universitas Monash. Pokok disertasi saya adalah tentang sejarah politik golongan Tionghoa di Indonesia pada tahun 1960-an. Siauw adalah seorang tokoh yang memainkan peranan penting pada masa itu.
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[6] – Hetze Anti Tionghoa Meluap
Budaya-Tionghoa.Net| Setiap orang yang meneliti kebijaksanaan politik luar negeri RI sejak proklamasi Kemerdekaan, bisa mendapatkan kenyataan bahwa RI selalu berusaha menarik keuntungan dengan adanya pertentangan kepentingan diantara 2 negara Super Power, USA dan USSR. Tentu saja ada berbagai penyimpangan sebagai akibat adanya pikiran dapat menarik USA dipihak RI dalam memaksa penjajah Belanda mengakui berdirinya RI, misalnya ditahun 1948 kabinet Hatta menjalankan’red drive’yang dikenal dengan’Peristiwa Madiun’; kemudian ditahun 1952, kabinet Sukirman melakukan’red drive ke-II’ atau yang dikenal dengan razzia Sukiman dengan menangkapi orang2 komunis atau yang dituduh ‘komunis’ dengan tujuan menarik USA kepihak RI untuk memaksa penjajah Belanda menyerahkan kembali Irian-Barat pada RI; Kemudian awal tahun 1960-an, Presiden Soekarno berusaha menarik keuntungan dengan politik anti-imperialisme lebih tegas lagi untuk memperoleh bantuan perlengkapan perang lebih besar dari USSR, yang jelas perlengkapan perang demikian itu tidak bisa diperoleh dari USA. Keadaan2 demikian ini bisa dikatakan berhasil memaksa USA untuk menekan Belanda mengakui berdirinya RI dan kemudian menyerahkan Irian Barat kembali kedalam kekuasaan RI.
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[5] – Faktor External Yang Menimbulkan Berbagai Macam Ekses
Budaya-Tionghoa.Net| Dalam meneliti perkembangan keadaan Indonesia selama tahun 50-an orang tidak boleh melupakan, bahwa ketika itu ‘perang dingin’ sedang berlangsung. ‘Perang dingin’ sedang berlangsung sangat hebat didaerah Asia, terutama bertujuan membendung kemajuan pengaruh Republik Rakyat Tiongkok di Asia.
USA sedang menjalankan politik’China Containment policy’, dan politik ini tidak bisa tidak tentu mempengaruhi perkembangan politik dalam negeri Indonesia. Patut diperhatikan, bahwa cukup banyak perwira2 Indonesia dikirim ke USA untuk mendapatkan pendidikan dan latihan kemiliteran; juga tidak sedikit sarjana2 kejuruan dikirim ke USA untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[4] – Proses Peralihan Tertunda
Budaya-Tionghoa.Net| Setelah perjanjian KMB (Konperensi Meja Bundar), terjadilah penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat, dengan Bung Karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Dan dalam peristiwa ini patut diperhatikan kenyataan dicoret-nya pasal 33 UUD 1945. Pihak Belanda berpendapat ketentuan pasal 33 itu tidak memungkinkan penanaman modal asing di Indonesia, jadi harus dicoret.